Dampak Fenomena Thrifting terhadap Perekonomian dalam Negeri

4 min read

Dampak fenomena thrifting di Indonesia sangat signifikan dan mudah sekali dilihat. Thrifting adalah aktifitas membeli barang-barang fashion dalam kondisi bekas yang berasal dari luar negeri.

Penjual barang bekas baik pakaian, sepatu maupun asesoris ini memasarkan melalui jalur online maupun offline. Keduanya mendulang keuntungan, namun di lain sisi berdampak negatif terhadap perekonomian dalam negeri, berikut penjelasannya.

Faktor Pemicu Fenomena Thrifting di Indonesia

Dampak fenomena thrifting bisa dibilang positif bagi konsumen, namun cukup berisiko terhadap pertumbuhan perekonomian dalam negeri.

Thrift pada dasarnya adalah aktifitas belanja yang bertujuan untuk menghindari pemborosan. Di Indonesia sendiri aktifitas ini dipicu oleh berbagai faktor. Berikut beberapa faktor yang melatarbelakangi fenomena baru ini.

1. Pengaruh Trend Pakaian Luar Negeri

Faktor pertama adalah pengaruh trend fashion luar negeri. Gaya pakaian seleb luar negeri biasanya unik dengan model yang tidak banyak ditemukan di dalam negeri. Dampak fenomena thrifting ini memicu masyarakat khususnya kawula muda untuk mencari model serupa.

Trend seperti model pakaian hoodie oversize sangat diminati anak muda saat ini. Model pakaian seperti ini banyak tersedia dari toko pakaian impor. Trend ini populer karena menjadi pakaian ikonik artis-artis K-pop.

2. Harga Murah Kualitas Baik

Faktor kedua adalah karena harganya yang relative murah jika dibandingkan dengan brand dalam negeri. Hal ini dikarenakan pakaian impor tersebut kondisinya bekas namun masih layak pakai, bukan baru.

Kualitas bisa diadu karena fashion luar negeri umumnya menggunakan bahan yang sudah teruji baik. Importir sendiri juga selektif dalam memilih mana yang masih layak jual dan tidak. Kemudian dijual murah karena harga belinya juga rendah.

3. Model Antimainstream

Faktor selanjutnya karena keinginan untuk tampil beda. Model fashion impor terbilang unik dan jarang ditemui di pasaran lokal. Tidak jarang orang membeli karena FOMO (fear of missing out).

FOMO adalah perilaku konsumen yang membeli barang karena takut ketinggalan trend. Perilaku ini biasa terjadi pada barang-barang unik dan justru tidak banyak beredar di pasaran lokal.

Dampak Fenomena Thrifting bagi Perekonomian Masyarakat

Banjirnya produk fashion impor memberikan dampak positif dan negatif. Bagi konsumen barang-barang bekas dari luar negeri cukup bermanfaat dan menguntungkan. Berikut dua dampak positif thrifting bagi masyarakat.

1. Menghemat Anggaran Belanja Pakaian

Dampak fenomena thrifting yang bermanfaat adalah karena membantu masyarakat menghemat anggaran belanja kebutuhan sandang. Dari modal kecil sudah bisa mendapatkan barang berkualitas dan layak pakai.

Hal ini sudah sesuai dengan prinsip ekonomi secara umum. Masyarakat tetap bisa berpakaian layak bahkan mengikuti trend hanya dengan membayar murah. Apalagi jenis barang yang masuk kategori thrift ini sangat beragam.

Selain memenuhi kebutuhan pakaian harian, masyarakat sebagai konsumen bisa juga mendapatkan produk berupa sepatu, tas, dompet, aksesoris dan sejenisnya. Tentunya ini sangat menguntungkan dan hemat dibanding membeli produk lokal.

2. Efisiensi Keuangan

Dampak positif selanjutnya bagi masyarakat adalah membantu efisiensi keuangan. Pengelolaan keuangan atau belanja bulanan masyarakat jadi lebih baik karena anggaran untuk sandang bisa ditekan.

3. Mendukung Kelestarian Lingkungan

Dampak fenomena thrifting juga cukup signifikan terhadap lingkungan. Bukan rahasia lagi bahwa limbah fashion adalah penyumbang sampah terbesar. Alih-alih dibuang sebagai sampah, barang layak pakai masih bisa digunakan kembali.

Baik dalam bentuk pakaian, tas, dompet, sepatu, selama masih nyaman dan pantas dikenakan akan mengurangi jumlah sampah di lingkungan. Jadi selain menghemat uang, konsumen berpartisipasi dalam mengurangi jumlah sampah.

4. Bisa Dijual Kembali

Tidak hanya digunakan pribadi, barang-barang bekas berkualitas dan layak pakai dapat dijadikan sebagai usaha sampingan. Meski dalam level penjual eceran, tapi keuntungannya cukup menjanjikan.

Hal ini dapat membantu perputaran roda perekonomian masyarakat dari level paling bawah. Menariknya lagi, untuk menjualnya tidak butuh modal besar. Harga beli pakaian murah, dan bisa dipasarkan secara online jadi minim biaya promosi.

Dampak Fenomena Thrifting bagi Pelaku Usaha Fashion Lokal

Dibalik ramainya fenomena berburu barang bekas dan segala manfaatnya, dampak negatifnya perlu diperhatikan. Aktifitas ini cukup berpengaruh terhadap perekonomian lokal dalam jangka panjang, berikut diantaranya.

1. Dampak Fenomena Thrifting Menurunkan Minat terhadap Produk Lokal

Pasar fashion saat ini dibanjiri dengan produk pakaian bekas impor yang secara signifikan menurunkan minat konsumen terhadap produk pakaian lokal. Pangsa pasar UMKM sendiri sudah menurun sebanyak 12-15% karena persaingan ini.

Penurunan minat konsumen terhadap barang-barang fashion lokal berimbas pada industri tekstil. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pabrik tekstil dalam negeri yang tutup karena permintaan pasar terus menurun.

2. Kerugian Negara

Dampak fenomena thrifting yang juga cukup memprihatinkan adalah menyebabkan kerugian Negara. Barang-barang bekas ini masuk ke Indonesia tanpa bea cukai baik dalam jumlah kecil maupun besar.

Pendapatan Negara jadi berkurang, sementara pasar industri lokal harus bersaing dengan jumlah serta kualitas yang lebih dipercaya pasar. Kondisi ini akan sangat merugikan bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri

Berburu barang bekas berkualitas dan layak pakai memang menguntungkan dari sisi konsumen. Namun dalam jangka panjang dampak fenomena thrifting bisa membahayakan perekonomian dalam negeri.

You May Also Like

More From Author